10.48

Anak Luar Biasa

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketunaan bagi anak luar biasa
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketunaan pada masing-masing jenis anak luar biasa antara lain :
1. Faktor- faktornya adalah :
a. Penyebab Prenatal yaitu penyebab yang bereaksi sebelum kelahiran. Artinya, pada waktu janin masih bereda dalam kandungan, mungkin sang ibu terserang virus, misalnya virus rubella, mengalami trauma atau salah minum obat, yang semuanya ini berakibat bagi munculnya kelahiran pada bayi. Berdasarkan penyebab ini, Anda tentu dapat memahami kehati- hatian yang ditubjukan oleh seorang calon ibu pada masa kehamilan. Kehati- hatian ini merupakan satu usaha untuk mencegah beraksinya berbagai penyebab yang memungkinkan terjadinya keluarbiasaan.
b. Penyebab Perinatal, yaitu penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses kelahiran dengan penyedotan ( di- vacuum ), pemberian oksigen yang terlampau lama bagi anak yang lahir premature. Dari uraian ini anda dapat menduga betapa pentingnya proses kelahiran tersebut. Keteledoran yang kecil dapat berakibat fatal bagi bayi. Misalnya, keterlambatan memberi oksigen, kecerobohan, menggunakan alat- alat atau kelebihan memberi oksigen akan mengundang munculnya keluarbiasaan yang tentu saja akan mengagetkan orang tua bayi.
c. Penyebeb Postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya kecelakaan, jatuh atau kena penyakit tertentu. Penyebab ini tentu dapat dihindari dengan cara berhati- hati, selalu menjaga kesehatan, serta menyiapkan lingkungan yang kondusif bagi keluarga.
a. Anak Tunanetra
Faktor-faktor yang menyebabkan ketunanetraan pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu : faktor internal ( dalam diri anak )dan faktor eksternal ( luar diri anak ).
1. Faktor endogen atau faktor internal
Hal-hal yang termasuk dalam faktor internal (endogen )yaitu faktor-faktor yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan, seperti :
- Faktor gen ( sifat pembawa keturunan )
Ketunanetraan yang disebabkan faktor keturunan, dapat dilihat pada sifat – sifat keturunan yang mempunyai hubungan pada garis lurus, silsilah dan hubungan sedarah. Sifat – sifat keturunan pada garis lurus terdapat, misalnya hasil perkawinan orang bersaudara.
Perkawinan pada garis lurus cenderung pula kepada hubungan sedarah, yakni kekurangan unsur variabel jenis darah tertentu. Hubungan sedarah memperbesar kemungkinan lahirnya seorang anak tunanetra atau anak luar biasa dari jenis yang lain.
- Ketunanetraan juga terdapat pada anak – anak yang lahir dari hasil perkawinan antar sesama tunanetra, atau yang mempunyai orang tua, atau nenek moyang yang menderita tunanetra. Dengan kata lain pengaruh yang bersifat heriditer.
- Anak tunanetra yang lahir sebagai akibat proses pertumbuhan dalam kandungan dapat disebabkan oleh gangguan yang diderita oleh sang ibu waktu hamil atau karena unsur – unsur penyakit yang bersifat menahun ( misalnya penyakit TBC ), sehingga merusak sel – sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan
- Kondisi psikis ibu
- Kekurangan gizi
- Keracunan obat
- Dsb
2. Faktor exogen atau faktor eksternal
Hal-hal yang termasuk dalam eksternal diantaranya faktor-faktor yang terjadi pada saat atau sesudah bayi dilahirkan, seperti :
- Terkena penyakit syphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan
- Pengaruh alat bantu medis ( tang ) saat melahirkan sehingga sistem persyarafannya rusak
- Kurang gizi atau vitamin
- Terkena racun
- Panas badan yang terlalu tinggi
- Peradangan mata karena penyakit, bakteri atau virus
- Xerophthalmia, yaitu suatu penyakit karena kekurangan vitamin A. penyakit ini terdiri atas stadium buta senja, stadium xerosis (selaput putih kiri – kanan dan selaput bening kelihatan kering ), dan stadium kratomalacia ( selaput bening menjadi lunak, keruh, dan hancur ).
- Trachoma, dengan gejala bintil – bintil pada selaput putih, kemudian perubahan pada selaput bening dan pada stadium terakhir, selaput putih menjadi keras, sakit, dan terluka.
- Katarak, glaucoma, dan lainya penyakit yang dapat menimbulkan ketunanetraan.
- Faktor eksternal lainnya adalah kecelakaan yang langsung dan tidak langsung mengenai bola mata. Misalnya kecelakaan karena kemasukan kotoran karena barang keras, benda tajam, atau kena barang cairan yang berbahaya dan sebagainya.
b. Anak Tunarungu
Hal yang menjadi penyebab ketunarunguan yaitu karena beberapa faktor diantaranya :
• Pada saat sebelum dilahirkan
Ada beberapa faktor penyebab ketunarunguan pada saat sebelum dilahirkan diantaranya :
- Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu atau mempunyai gen sel pembawa sifat abnormal, misalnya dominat genes, recesive gen, dll.
- Karena penyakit, sewaktu ibu mengandung terserang suatu penyakit terutama penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan tri semester pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga. Penyakit itu adalah rubella, moribili, dll.
- Karena keracunan obat-obatan, pada waktu kehamilan ibu meminum obat-obatan terlalu banyak, ibu seorang pecandu alkohol, atau ibu tidak menghendaki kahadiran anaknya sehingga ia meminum obat penggugur kandungan yang hal ini akan dapat menyebabkan ketunarunguan pada anak yang dilahirkan.
• Pada saat kelahiran
Ada beberapa faktor penyebab ketunarunguan pada saat kelahiran diantaranya :
- Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga persalinan dibantu dengan penyedotan ( tang )
- Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelun waktunya
• Pada saat setelah lahir ( post natal )
Ada beberapa faktor penyebab ketunarunguan pada saat setelah lahir, diantaranya :
- Ketulian yang terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak (meningitis) atau infeksi umum seperti difteri, morbili, dll.
- Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak.
- Karena kecelakaan yang menyebabkan kerusakan alat pendengaran bagian dalam misalnya karena jatuh.
Faktor faktor lain yang menyebabkan ketunarunguan yaitu :
1. Ketidakmampuan menerima rangsangan pendengaran.
2. Kemiskinan bahasa, ketidaktetapan emosi.
3. Keterbatasan intelegensi dihubungkan dengan sikap lingkungan terhadapnya mengbhambat pekembangan kepribadiannya.
4. Ketunarunguan terjadi apabila getaran udara tidak dapat diterima dan diteruskan ke otak karena adanya kerusakan pada sebagian atau keseluruhan alat pendengaran.

c. Anak Tunagrahita
Faktor-faktor yang menyebabkan ketunagrahitaan anak yaitu diantaranya :
1. Kerusakan / kelainan biokimiawi
2. Abnormalitas kromosomal
3. Infeksi Rubella (cacar)
4. Faktor Rhesus (Rh)
5. Sebab-sebab pada masa perinatal
6. Sebab-sebab pada masa postnatal
7. Faktor sosio-kultural.

d. Anak Tunadaksa
Ketunadaksaan pada seseorang dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
A. Sebab-sebab yang timbul sebelum kelahiran ( fase prenatal ), yaitu :
- Faktor keturunan
- Trauma dan infeksi pada waktu kehamilan
- Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu kehamilan
- Pendarahan pada waktu kahamilan
- Keguguran yang dialami ibu
- Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi, syphilis, rubella, dan typhus abdominolis.
- Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusar tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
- Bayi dan kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi system saraf pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
- Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma ( kecelakaan ) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan system syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi maka dapat merusak system syaraf pusat.
A. Sebab-sebab yang timbul pada waktu kelahiran ( fase natal ), yaitu :
- Penggunaan alat-alat pembantu kelahiran ( seperti tang, tabung, vacuum, dll ) yang tidak lancar.
- Penggunaan obat bius pada waktu kelahiran.
- Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya system metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.
- Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.
- Pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestasi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi system persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami kelainan struktur maupun fungsinya.
A. Sebab-sebab sesudah kelahiran ( fase post natal ), yaitu :
- Infeksi
- Trauma
- Tumor
- Kecelakaan atau trauma kepala, amputasi.
- Infeksi penyakit yang menyerang otak.
- Anosia atau hiposia.
- Penyakit tuberculosis
- Radang selaput otak.
- Radang otak
- Keracunan arsen atau karbonmonoksida.

e. Anak Tunalaras
Untuk berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah ketunalarasan berikut dibahas mengenai :
 Kondisi / keadaan fisik
- Disfungsi kelenjar endokrin dapat mempengaruhi gangguan tingkah laku.
- Berupa kelainan atau kecacatan baik tubuh maupun sensoris yang dapat mempengaruhi prilaku seseorang.
 Masalah perkembangan
- Setiap memasuki perkembangan baru, individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis emosi. Jiwa anak yang masih labil pada masa ini banyak mengandung resiko berbahaya sepeerti anak akan mudah terjerumus pada tingkah laku menyimpang.
 Lingkungan keluarga
a. Kasih sayang dan perhatian
- Kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua mengakibatkan anak mencarinya di luar rumah.
- Untuk memperoleh rasa aman dan perhatian dari orang tuanya, anak dapat dengan sengaja melakukan perbuatan tercela dan menentang norma lingkungan.
- Sehingga dapat dikatakan lingkungan keluarga yang tidak mampu memberikan dasar perasaan aman dan dasar untuk perkembangan sosial dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku pada anak.
b. Keharmonisan keluarga
- Ketidakharmonisan dapat disebabkan oleh pecahnya keluarga atau tidak adanya kesepakatan antara orang tua dalam menerapkan disiplin dan pendidikan terhadap anak. Orang tua yang sering berselisih faham dapat menerapkan peraturan atau disiplin dapat menimbulkan keraguan pada diri anak akan kebenaran suatu norma, sehingga akhirnya anak akan mencari jalan sendiri atau hal yang dapat saja menjadi awal dari terjadinya gangguan tingkah laku.
c. Kondisi ekonomi
- Lemahnya kondisi ekonomi keluarga dapat pula menjadi salah satu penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan anak. Tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut di dalam keluarga dapat mendorong anak mencari jalan sendiri yang kadang-kadang mengarah pada tindakan antisosial.
- Kondisi-kondisi seperti kemiskinan atau pengangguran secara relatif dapat melengkapi rangsangan-rangsangan untuk melakukan pencurian, penipuan, dan prilaku menyimpang.
1. Lingkungan sekolah
- Timbulnya gangguan tingkah laku yang disebabkan lingkungan sekolah antara lain berasal dari guru sebagai tenaga pelaksana pendidikan dan fasilitas penunjang yang dibutuhkan anak didik.
- Perilaku guru yang otoriter mengfakibatkan anak merasa tertekan dan takut menghadapi pelajaran, sehingga anak akan lebih memilih memnbolos dan berkeluyuran pada saat seharusnya ia berada di dalam kelas.
- Sebaliknya, sikap guru yang terlampau lemah dan membiarkan anak didiknya tidak disiplin mengakibatkan anbak didik berbuat sesuka hati dan berani melakukan tindakan-tindakan menentang peraturan.
- Selain guru, fasilitas pendidikan berpengaruh pula terhadap terjadinya gangguan tingkah laku. Sekolah yang kurang mempunyai fasilitas yang dibutuhkan anak didik untuk menyalurkan bakat dan mengisi waktu luang mengakibatkan anak menyalurkan aktifitasnya pada hal-hal yang kurang baik.
2. Lingkungan masyarakat
- Sikap masyarakat yang negatif ditambah banyaknya hiburan yang tidak sesuai dengan perkembangan jiwa anak merupakan sumber terjadinya kelainan tingkah laku.
- Masuknya pengaruh kebudayaan asing yang kurang sesuai dengan tradisi yang dianut masyarakat yang diterima begitu saja oleh karangan remaja dapat menimbulkan konflik yang sifatnya negatif.
- Konflik juga dapat timbul pada diri anak sendiri yang disebabkan oleh norma yang dianut di rumah atau keluarga bertentangan dengan norma dan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
f. Anak berbakat
Keberbakatan pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
- Secara biologis memang ada perbedaan struktur otak antara anak berbakat dengan anak normal. Anak berbakat mampu memfungsikan dua belahan otak ( otak kiri dan otak kanan ) sebagai alat berpikir dan seluruh fungsi-fungsi lain ( rasa, pengindraan, dan intuisi ) secara terintegrasi sehingga mewujudkan perilaku kreatif.
- Proses berpikir konvergen yaitu proses berpikir linier, terarah kepada proses, mempersempit alternatif untuk mencari satu jawaban yang benar.
- Proses berpikir divergen yaitu proses berpikir terarah pada berpikir alternatif. Faktor-faktor yang terlibat dalam berpikir divergen ialah kepekaan terhadap masalah, kelancaran proses berpikir, kebaruan gagasan, fleksibilitas, kecakapan mensintesis, kecakapan menganalisis, kecakapan mengorganisasi, atau merumuskan, kompleksititas, dan evaluasi.
g. Anak berkesulitan belajar
Menurut Kephart (1967) penyebab kesulitan belajar dikelompokkan menjadi tiga kategori utama yaitu :
1. Kerusakan otak
Kerusakan otak berarti terjadinya kerusakan syaraf seperti dalam kasus encephalitis, meningitis, dan toksik. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan gangguan fungsi otak yang diperlukan untuk proses belajar pada anak dan remaja. Demikian pula anak-anak yang mengalami difungsi minimal otak ( minimal brain dysfunction ) pada saat lahir akan menjadi masalah besar pada saat anak mengalami proses belajar.
2. Gangguan emosional
Faktor gangguan emosional yang menimbulkan kesulitan belajar terjadi karena adanya trauma emosional yang berkepanjangan yang mengganggu hubungan fungsional sistem urat syaraf.
3. Pengalaman.
Faktor pengalaman yang dapat menimbulkan kesulitan belajar mencakup faktor-faktor seperti kesenjangan perkembangan atau kemiskinan pengalaman lingkungan. Kemiskinan pengalaman seperti kurangnya rangsangan auditif menyebabkan anak kurang memiliki perbendaharan bahasa yang diperlukan untuk berpikir logis dan bernalar. Biasanya kemiskinan pengalaman ini berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi orang tua sehingga seringkali berkaitan erat dengan masalah kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat mengganggu optimalisasi perkembangan dan keberfungsian otak.

h. Gangguan komunikasi
Faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami gangguan komunikasi dapat berupa :
a. Penyebab internal yang meliputi :
1. Gangguan pendengaran
2. Tunagrahita
3. Gangguan fungsi saraf sentral dan/atau perifer
4. Kerusakan artikulasi
5. Gangguan system pernapasan

b. Penyebab eksternal yang meliputi :
1. Gangguan emosi
2. Penggunaan dwibahasa dalam keluarga
3. Lingkungan yang tidak menunjang perkembangan bicara anak


2. Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak luar biasa
Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak luar biasa diantaranya :
a. Anak Tunanetra
Hambatan yang dialami oleh anak tunanetra dalam proses sosialisasi antara lain :
1. Kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas atau baru, perasaan-perasaan rendah diri, malu, sikap-sikap masyarakat yang seringkli tidak menguntungkan seperti penolakan, penghinaan, sikap tak acuh, ketidakjelasan tuntutan sosial, serta terbatasnya kesempatan bagi anak untuk belajar tentang pola-pola tingkah laku yang diterima merupakan kecenderungan tunanetra yang dapat mengakibatkan perkembangan sosialnya terhambat.
2. Kesulitan lain ialah keterbatasan anak tunanetra untuk dapat belajar sosial melalui psoses identifikasi dan imitasi.
3. Ia juga memiliki keterbatasan untuk mengikuti bentuk-bentuk permainan sebagai wahana penyerapan norma-norma atau aturan-aturan dalam bersosialisasi.
4. Perlakuan negatif orang tua dan keluarganya juga sangat merugikan perkembangan anak tunanetra.
5. Ketidaksiapan mental anak tunanetra dalam memasuki sekolah atau lingkungan baru atau kelompok lain yang berbeda atau lebih luas seringkali mengakibatkan anak tunanetra gagal dalam mengembangkan kemampuan sosialnya. Apabila kegagalan tersebut dihadapi sebagai suatu kenyataan dan tantangan, maka biasanya akan menjadi modalitas utama dalam memasuki lingkungan yang baru berikutnya. Namun bila kegagalan dihadapi sebagai suatu ketidakmampuan, maka sikap-sikap ketidakberdayaan yang akan muncul menumpuk menjadi sebuah rasa putus asa yang mendalam dan akhirnya akan menghindari kontak sosial, menarik diri dan apatis.

b. Anak Tunarungu
Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak tunarungu antara lain :
1. Pada umumnya lingkungan melihat mereka sebagai individu yang memiliki kekurangan dan menilainya sebagai seseorang yang kurang berkarya. Dengan penilaian lingkungan yang demikian, anak tunarungu merasa benar-benar kurang berharga sehingga akan berpengaruh besar terhadap perkembangan fungsi sosialnya.
2. Anak tunarungu banyak dihinggapi kecemasan karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, hal seperti ini akan membingungkan anak tunarungu.
3. Anak tunarungu sering mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan karena ia sebenarnya hidup dalam lingkungan yang bermacam-macam.
4. Kemiskinan bahasa membuat dia tidak mampu terlibat secara baik dalam situasi sosialnya. Sebaliknya orang lain akan sulit memahami perasaan dan pikirannya.

c. Anak Tunagrahita
Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak tunagrahita antara lain :
1. Seperti halnya anak normal, anak tunagrahita yang masih muda mula-mula memiliki tingkah laku keterikatan kepada orang tua dan orang dewasa lainnya. Dengan bertambahnya umur, keterikatan dialihkan kepada teman sebaya. Ketika anak merasa takut, giris, tegang dan kehilangan orang yang menjadi tempat bergantung , kecenderungan ketergantungannya bertambah. Berbeda dengan anak normal, anak tunagrahita lebih banyak bergantung pada orang lain dan kurang terpengaruh oleh bantuan sosial.
2. Dalam hubungan kesebayaan, seperti halnya anak kecil, anak tunagrahita menolak anak yang lain. Tetapi setelah bertambahnya umur mereka mengadakan kontak dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat kerjasama. Berbeda dengan anak normal, anak tunagrahita jarang diterima, sering ditolak oleh kelompoknya, serta jarang menyadari posisi diri dalam kelompok.

d. Anak Tunadaksa
Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak tunadaksa antara lain :
1. Ejekan dan gangguan anak-anak normal terhadap anak tunadaksa akan menimbulkan kepekaan efektif pada anak tunadaksa yang tidak jarang mengakibatkan timbulnya perasaan negatif pada diri mereka terhadap lingkungan sosialnya. Keadaan ini menyebabkan hambatan pergaulan social anak tunadaksa.
2. Keterbatasan kemampuan anak tunadaksa seringkali menyebabkan mereka menarik diri dari pergaulan masyarakat yang mempunyai prestasi yang jauh di luar jangkauannya.
3. Faktor usia juga merupakan hal yang penting bagi perkembangan sosial anak. Anak-anak tunadaksa dari sekolah dasar merasa tidak begitu ditolak dibandingkan dengan anak-anak tunadaksa pada sekolah yang lebih tinggi. Semakin tinggi usia seseorang, perasaan ditolak akan semakin terasa.
4. Anak-anak tunadaksa seringkali tidak dapat berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan anak-anak seusianya, terutama dalam kelompok sosial yang sifatnya lebih resmi.
5. Anak-anak tunadaksa yang terlalu lama harus istirahat di rumah, mereka akan mengalami deprivasi dan isolasi dari teman-teman sekolahnya, sehingga ia merasa cemas terhadap sikap-sikap teman-temannya nanti jika ia kembali ke sekolah.

e. Anak Tunalaras
Hambatan-hambatan dalam psoses sosialisasi yang dialami oleh anak tunalaras antara lain :
1. Anak tunalaras memiliki penghayatan yang keliru, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan sosialnya. Mereka menganggap dirinya tidak berguna bagi orang lain dan merasa tidak berperasaan. Oleh karena itu, timbullah kesulitan apabila akan menjalin hubungan dengan mereka, dan apabila berhasil sekalipun mereka akan sangat tergantung kepada seseorang yang pada akhirnya dapat menjalin hubungan sosial dengannya.
2. Anak yang cemas dan menarik diri memiliki ancaman lebih besar terhadap dirinya daripada lingkungan sosialnya. Masalah yang dihadapi anak yang menarik diri ini adalah pengendalian dan kelenturan ego. Mereka terlalu mengekang dorongan hati, keingingan, dan nafsu dalam berbagai situasi.Hal ini menyebabkan mereka tidak sanggup berlaku spontan.

f. Anak Berbakat
Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak berbakat antara lain :
1. Kecepatan perkembangan kognitif yang tidak sesuai dengan perkembangan dan kekuatan fisik, sehingga terjadi kesenjangan diantara keduanya, dapat menimbulkan perasaan tidak adekuat pada diri anak. Perasaan semacam ini dapat mendorong anak tidak perduli terhadap kegiatan fisik kelompok sehingga dapat menimbulkan frustrasi, kecewa dan tidak puas terhadap kehidupan kelompok sebaya.
2. Perkembangan kognitif anak berbakat yang lebih cepat dari teman sebaya akan menimbulkan kebosanan terhadap pengajaran reguler, kesulitan hubungan sosial dalam kelompok seusia, sulit berkformitas dalam kelompok, frutrasi karena harus menunggu kelompok. Kondisi seperti ini akan menimbulkan kesulitan penyesuaian diri pada anak bebakat.
3. Kemampuan anak berbakat untuk menyerap dan menghimpun informasi yang tidak diimbangi dengan perkembangan emosi dan kesadaran dapat menimbulkan ketidakstabilan perkembangan emosi. Kondisi perkembangan seperti ini akan membuat individu rawan terhadap kritik, bersikap sinis dan menentang, menentukan nilai sendiri dan tujuan yang mungkin tidak realistik.
4. Kematangan usia dan kecakapan kepemimpinan yang tumbuh lebih awal pada anak berbakat dapat menimbulkan masalah penyesuaian yang tidak memberi peluang untuk menampilkan kecakapannya itu, akan menumbuhkan perasaan tidak tertantang dan dapat mendorong individu untuk mengambil pemecahan masalah melalui jalan pintas tanpa mempertimbangkan keterkaitan masalah satu dengan yang lain dalam kompleksitas kehidupan.

g. Anak Berkesulitan Belajar
Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak berkesulitan belajar adalah :
1. Dalam pergaulannya, sering menunjukkan sikap permusuhan.
2. Hambatan lain dalam aspek sosial yaitu hubungan dengan orang lain, konsep diri dan perilaku-perilaku yang tidak layak.

3. Cara-cara untuk menanggulangi anak luar biasa dalam proses pembelajaran di sekolah
Cara-cara menanggulangi Anak Luar Biasa dalam proses pembelajaran di sekolah adalah:
a. Anak Tunanetra
Cara-cara menanggulangi Anak Tunanetra dalam proses pembelajaran di sekolah adalah
- Dengan cara menyediakan media atau alat pembelajaran di Sekolah, misalnya seperti: Kelompok buta dengan media pendidikannya adalah tulisan Braille, kelompok low vision dengan medianya tulisan awas.

b. Anak Tunarungu
Cara-cara menanggulangi Anak Tunarungu dalam proses pembelajaran di sekolah adalah
- Guru harus memberikan kesempatan sejak usia dini pada anak untuk mendapatkan latihan pendengaran bagi mereka yang masih mempunyai sisa pendengaran dan belajar bahasa isyarat
- Dalam melaksanakan kegiatan pemblajaran hendaknya para guru menyediakan media misalnya: berupa hedset.

c. Anak Tunagrahita
Cara-cara menaggulangi Anak Tunagrahita dalam proses pembelajaran di sekolah adalah:
 Dengan cara menyediakan media atau alat pembelajaran di Sekolah
 Para guru maupun teman-temannya tidak mengucilkan keberadaan anak- anak yang mengalami tunagrahita
 Memberikan motivasi atau dorongan-dorongan terhadap anak tersebut agar mereka mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya


c. Anak Tunadaksa
Cara-cara menaggulangi Anak Tunadaksa dalam proses pembelajaran di sekolah adalah:
- Menyediakan media atau alat peraga dalam memberikan pelajaran bagi anak tunadaksa
- Bisa juga dengan cara melakukan pengajaran dialam terbuka agar anak tunadaksa dapat lebih mengerti dan paham terhadap apa yang kita ajarkan

d. Anak Tunalaras
Cara-cara menaggulangi Anak Tunalaras dalam proses pembelajaran di sekolah adalah:
- Dengan cara menyediakan media dalam proses pembelajaran
- Guru hendaknya tidak bersikap kasar terhadap anak-anak tunalaras, melainkan para guru harus bersikap lembut
- Memberikan waktu luang terhadap anak tunalaras untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.
- Menyediakan kelas khusus bagi anak tunalaras.

e. Anak berbakat
Cara-cara menaggulangi Anak Berbakat dalam proses pembelajaran di sekolah adalah:
A. Percepatan (akselerasi) Ada 2 cara melaksanakan percepatan ini yakni:
1) Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi (skipping).
Sesuai dengan keadaannya di mana usia mental (mental age) pada anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya (cronological age), maka mudah timbul perasaan tidak puas belajar bersama dengan anak-anak lain seumurnya. Meskipun banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju dari pada anak-anak seumurnya, misalnya aspek sosial, akan tetapi cara percepatan dengan meloncatkan anak pada kelas-kelas yang yang lebih 'tinggi dianggap kurang baik, antara lain karena mempermudah timbulnya' masalah-masalah penyesuaian, baik disekolah, di rumah maupun di lingkungan sosialnya. Kecuali norma yang dipakai adalah norma dari kelas tinggi, yang belum tentu sesuai seluruhnya bagi anak karena norma yang diikuti bukan norma dari anak berbakat itu sendiri
Percepatan yang diberikan kepada anak berbakat untuk menyelesaikan bahan pelajaran dalam waktu yang lebih singkat sesuai dengan kemampuannya yang istimewa.
Cara seperti ini oleh Samuel A. Klik dan James Gallagher disebut sebagai "telescoping grades", Sebenarnya cara ini tergolong cara yang baik karena diberikan dan diselesaikan ditentukan oleh keadaan, kebutuhan dan kemampuan anak itu sendiri.
Kesulitannya ialah pengaturan administrasi sekolah yang meliputi pengaturan-pengaturan tenaga pengajaran karena hams memberikan pelajaran secara individual kepada anak. Pada anak sendiri dikhawatirkan oleh para ahli akan timbul kesulitan dalam penyesuaian diri, baik sosial maupun emosional karena terbatasnya hubungan-hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya.

f. Anak yang berkesulitan belajar
Cara-cara menaggulangi Anak yang mengalami kesulitan belajar dalam proses pembelajaran di sekolah adalah:
 Mengadakan pengajaran remedial
 Mengadakan pengajaran tambahan bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar
 Dengan cara memberikan pekerjaan rumah
 Dalam waktu-waktu kosong hendaknya para guru mengajak anak-anak yang mengalami kesulitan belajar untuk berkunjung ke perpustakaan
4. Kontribusi guru BK untuk membantu anak yang mengalami ketunaan / anak luar biasa
Kontribusinya guru Bk mengadakan kerja sama ( kolaborasi ) untuk menangani anak luar biasa. Guru BK bergabung dengan para pakar yang mencakup :
a) Guru sekolah biasa
b) Guru PLB
c) Pengawas sekolah
d) Orang tua ALB
e) ALB sendiri
f) Psikolog sekolah
g) Speech ( guru bina wicara dan persepsi bunyi).
h) Dokter dari berbagai keahlian ( dokter spesialis)
i) Perawat sekolah
j) Guru pendidikan jasmani yang sudah mandapat pelatihan khusus untuk menangani ALB.
k) Ahli terapi fisik( physical therapist )
l) Pekerja social dan konselor
m) Personel lain sesuai dengan keperluan.
Berkaitan dengan hal ini, sebagai satu tim, guru diharapkan melakukan hal-hal berikut terhadap orang tua siswa.
1. Memberikan supervisi kepada orang tua yang ingin membantu guru dalam pendidikan anaknya.
2. Menilai kemajuan siswa, serta melaporkan dan menginterpretasikan hasil penilaian tersebut kepada orang tua siswa.
3. Bekerja sama dengan orang tua siswa dalam membuat perencanaan dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebijakan dan penyelenggaraan sekolah.
4. Berkonsultasi dengan orang tua siswa tentang situasi sekolah dan situasi rumah yang mungkin mempengaruhi anak.
5. Jika dianggap perlu dan tepat, guru bertindak sebagai orang tua terhadap siswa asuhnya.
DAFTAR PUSTAKA


Somantri, Sutjihati, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : PT Refika Aditama

0 komentar: